Menikmati masa tua yang nyaman tanpa adanya beban finansial adalah impian banyak orang. Namun, sayangnya impian itu tampak sulit sekali diwujudkan dengan kondisi kita yang penuh dengan berbagai tanggungan. Tidak hanya harus memenuhi tuntutan kebutuhan rumah tangga, biaya anak dan istri tetapi kita juga dihadapkan dengan orang tua yang sudah tidak memiliki penghasilan. Sehingga, mau tidak mau kita juga harus membiayai kehidupan mereka.
Sebenarnya apa itu sandwich generation?
Nah Klik People, Klikasuransiku pada tanggal 19 Januari 2022 kebetulan mengadakan diskusi tentang “Sandwich Generation". Diskusi ini dilakukan bersama Yusuf Sutarko selaku Chief Digital Transformation Simas Jiwa dan Aulia Akbar Selaku Financial Educator Lifepal. Yuk kita simak ulasan selengkapnya dari hasil diskusi para pakar keren ini!
Sandwich generation merupakan sebuah generasi yang kehidupannya bisa diibaratkan seperti makanan cepat saji yang sering dihidangkan di berbagai kesempatan, yaitu sandwich. Roti lapis yang terdiri dari daging atau sosis yang diapit oleh dua buah roti.
Nah, generasi sandwich sama seperti itu. Kita sebagai individu dihimpit juga dalam segi finansial atau pengeluaran, yaitu harus menafkahi keluarga kita misalnya orang tua dan saudara kandung sekaligus juga menafkahi anak dan istri sebagai tanggungan pokok. Sebenarnya, ini sudah menjadi sebuah takdir yang tidak bisa diubah, namun tentu bisa diputus.
Hal ini bisa terjadi, misalnya karena orang tua kita sudah memasuki usia senja yang sudah tidak memiliki penghasilan lagi. Namun, kita juga masih memiliki anak-anak yang masih sangat kecil. Sehingga mau tidak mau kita sudah harus memasuki waktu untuk menafkahi keduanya.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan mengapa sandwich generation bisa tercipta, khususnya di negara Indonesia.
Penyebab pertama adalah karena budaya. Budaya apa? Yaitu budaya bahwa anak adalah investasi terbaik. Hal ini terlihat dari adanya anggapan orang tua khususnya generasi X bahwa kalau nanti sudah tua dan kita punya anak, maka anaklah yang akan menanggung kehidupan orang tuanya.
Anggapan ini pun semakin terlihat jelas dari bagaimana mereka memperlakukan anak-anak mereka. Generasi X pada umumnya akan berusaha menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin dan membuat anak-anaknya sesukses mungkin. Tujuannya apa? Tidak lain dan tidak bukan adalah agar kehidupan masa tua mereka terjamin. Anak diharapkan bisa membantu menghidupi orang tuanya saat sudah tidak lagi memiliki penghasilan.
Warisan budaya ini terjadi secara terus menerus, ditularkan dari generasi ke generasi sehingga sudah menjadi kebiasaan yang mau tidak mau harus dijalankan.
Sebenarnya, ini adalah hal umum yang terjadi di Indonesia yang menganut budaya timur dan beberapa negara lainnya khususnya Asia Tenggara.
Bahkan ketika anak Indonesia beranjak dewasa, katakanlah ia sedang kuliah, yang tertanam di dalam otaknya adalah bahwa setelah ia lulus kuliah nanti dan mendapatkan pekerjaan, maka ia harus membalas budi orang tua yang telah menyekolahkannya. Entah itu dengan memberi uang kepada orang tuanya atau membiayai kuliah adik-adiknya.
Penyebab lain yang memungkinkan terbentuknya generasi sandwich adalah terjadinya kesalahan finansial yang dilakukan oleh generasi X. Generasi X disini mungkin bisa jadi orang tua kita atau orang tua dari generasi milenial. Kondisi saat itu bisa disebabkan karena perencanaan keuangan yang salah akibat minimnya literasi tentang pengetahuan finansial itu sendiri.
Kesalahan finansial ini kemudian berujung pada keuangan yang tidak terproteksi. Dimana saat mereka sudah tidak produktif, sudah tidak menghasilkan apapun mereka tidak mampu lagi menafkahi kehidupan mereka sendiri. Akhirnya apa yang terjadi? Yaitu beban finansial beralih kepada generasi dibawahnya atau anak-anaknya. Anak-anak menanggung beban finansial yang sangat berat. Inilah yang menyebabkan anak pada akhirnya menjadi generasi sandwich.
Misalnya, ketika orang tuanya sudah tidak produktif dan ibunya tidak bekerja maka dialah yang menanggung biaya keduanya. Belum lagi hutang yang dimiliki oleh orang tuanya, maka itu juga diwariskan dan ditanggung olehnya hingga putus kuliah. Nah, nanti setelah menikah bebannya pun bertambah karena dia sudah memiliki anak dan istri. Begitulah seterusnya.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa generasi sandwich merupakan takdir yang tidak bisa kita hindari bahkan kita ubah, namun kita bisa memutus mata rantainya. Bagaimana caranya? Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan.
Hati-hati saat akan berhutang karena hutang akan dilanjutkan ke ahli waris. Hati-hati disini bukan berkaitan dengan keuangan kita, melainkan tentang akibat yang ditimbulkan oleh hutang tersebut terhadap kehidupan generasi di bawah kita. Sebab, hutang bisa beralih ke anak cucu yang menyebabkan mereka bisa menjadi generasi sandwich.
Cara kedua untuk memutus mata rantai sandwich generation dan sangat krusial adalah dengan memiliki financial protection yang baik. Dimulai dengan dana darurat, yang bisa memitigasi risiko hilangnya pendapatan disaat mencari nafkah, misalnya terkena PHK atau terkena resiko bisnis yang menyebabkan dia tidak memiliki income apapun untuk jangka waktu tertentu. Sehingga, financial protection inilah yang akan menyelamatkan kehidupan dia bersama keluarganya.
Namun di lain kondisi, terdapat beberapa keluarga yang kehilangan pendapatan karena si pencari nafkah yang meninggal dunia atau cacat permanen. Kondisi ini mengharuskan keluarga tersebut untuk juga memiliki dana darurat yang abnormal, yaitu berupa asuransi jiwa. Karena ketika seseorang meninggal dunia secara otomatis pendapatannya akan berhenti, kemudian hartanya menjadi harta waris dan kontrak hutang jatuh tempo. Lalu siapa yang akan membayar hutang ini? Tentu saja anak-anak mereka. Inilah cikal bakal terbentuknya generasi sandwich. Sehingga, untuk menghindari hal ini terjadi penting bagi kita untuk memiliki financial protection
Ini sangat penting untuk dilakukan terutama bagi yang tidak memiliki penghasilan bulanan yang tetap, misalnya wiraswasta. Memiliki konsep give dollar every job. Yang artinya kita harus memiliki pos untuk masing-masing pengeluaran, misalnya untuk investasi, untuk tagihan, untuk hiburan, dan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kita punya financial protection, kita juga punya planning tapi kalau tidak disiplin semuanya bisa gagal.
Mana yang paling penting untuk dimiliki terlebih dahulu untuk generasi sandwich? Tabungan atau asuransi? Tentu saja dana darurat, yang berarti tabungan. Ya, tabungan lebih penting untuk dipenuhi terlebih dahulu. Cash ratio kita harus sehat dulu, sehingga ketika ada resiko dalam waktu dekat kita sudah punya pengamannya. Setelah itu barulah kita bisa beli asuransi.
Yang paling basic yang harus kita miliki adalah asuransi kesehatan dulu. Barulah kita punya asuransi jiwa, khususnya generasi sandwich yang punya banyak tanggungan.
Yang kebanyakan terjadi pada generasi sekarang adalah orang lebih suka mengasuransikan hartanya dari pada dirinya. Memiliki asuransi mobil agar dapat ganti rugi saat mobil rusak/kecelakaan atau asuransi rumah saat rumah kebakaran. Tapi, lalai dan bahkan tidak mau mengasuransikan dirinya, baik itu asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa. Ini merupakan satu urutan prioritas yang salah. Seharusnya kita bisa memenuhi asuransi diri terlebih dahulu dibandingkan dengan asuransi lainnya.
Misalkan Klik People adalah generasi sandwich yang baru saja menikah. Sebagai pasangan baru, tentu saja Klik People dan pasanganmu memiliki banyak impian. Mulai dari membangun rumah, punya mobil, bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi bahkan sampai ke luar negeri. Namun, jika sesuatu yang tidak terduga terjadi seperti hilangnya nyawa atau sakit permanen. Maka, semua itu tidak akan tercapai dan menjadi sia-sia. Sehingga yang perlu dilakukan pertama kali adalah mempersiapkan asuransi, yaitu asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
Biaya rumah sakit bukanlah harga yang murah. Bahkan biaya rumah sakit di Indonesia mengalami inflasi sebanyak 10% setiap tahunnya. Ini membuat biaya rumah sakit tidak sebanding dengan income yang kita miliki. Itu juga yang menjadi alasan mengapa asuransi kesehatan itu sangat penting.
Miliki lah asuransi kesehatan setidaknya saat kita sudah bekerja serta asuransi jiwa secepatnya. Dengan adanya asuransi jiwa kita bisa menjamin kehidupan keluarga kita beberapa tahun setelah kita meninggal dunia hingga mereka kembali mandiri secara finansial l.
Saat dimasa tua tentunya kita ingin kerja yang santai atau tidak terlalu sibuk lagi. Caranya yaitu dengan mempersiapkan asuransi dan dana pensiun yang harus dilakukan sejak dini. Selain harus menyiapkan proteksi untuk jangka pendek dan menengah kita juga harus menyiapkan untuk jangka panjang agar nanti kita tidak menggantungkan hidup kepada anak-anak kita.
Cara Mengatur Keuangan Pribadi dan Manfaatnya
7 Langkah Finansial Planning untuk Keamanan dan Kenyamanan Keluarga.
Menikmati masa tua yang nyaman adalah impian banyak orang, tapi banyak yang terjebak sebagai sandwich generation dengan kewajiban biaya untuk anak dan orang tua. Simak artikel lengkapnya disini.
SelengkapnyaPromo Terbaik!!!
Artikel Terbaru
Siapkan Dana Pendidikan Anak, Begini Cara Mudah Mewujudkannya