Bagi sebagian orang, istilah sandwich generation mungkin masih terdengar cukup asing atau belum terlalu familiar. Meski mungkin, orang tersebut justru termasuk ke dalam kategori ini, tetapi tidak menyadarinya. Hal ini dikarenakan kebiasaan atau budaya yang berlaku di suatu daerah turut mempengaruhi keberadaannya. Tak terkecuali Indonesia yang cukup kental dengan budaya kekeluargaan.
Pada tahun 1981, seorang profesor asal Kentucky menyusun jurnal bertajuk The “Sandwich” Generation: Adult Children of The Aging. Professor Dorothy mendefinisikan generasi sandwich sebagai orang usia dewasa yang harus menanggung kebutuhan dari banyak keluarga.
Tidak hanya istri dan anak-anaknya saja, tetapi juga kebutuhan orang tua atau mungkin saudara yang lainnya. Dalam penerapannya, ada beberapa jenis generasi sandwich, yaitu:
Jenis ini ialah mereka yang berusia sekitar 40-50 tahun, tetapi harus menanggung orang tua (lansia) dan anak-anak masih butuh biaya. Artinya, anak-anak mereka masih sekolah atau kuliah.
Ada dunia tipe di dalam jenis ini, yakni mereka yang berusia 50-60 tahun tetapi diapit oleh orang tua dan anak-anak. Bedanya, anak di sini sudah berusia dewasa atau bahkan punya anak (cucu), tetapi masih bergantung pada orang tua.
Di sisi lain, orang tua si penanggung juga masih diberikan umur panjang. Tipe kedua ialah mereka yang berusia 30-40 tahunan dengan anak kecil, tetapi masih mengurus orang tua sekaligus kakek-nenek.
Menurut perkiraan, kira-kira ada 25% orang yang berada dalam posisi ini. Mereka bukan pekerja profesional, tetapi terlibat secara langsung dalam kegiatan merawat lansia. Misalnya, karyawan di panti jompo.
Jika dilihat dari gambaran di atas, maka kondisi finansial generasi sandwich pasti akan terganggu. Oleh karena itu, butuh trik khusus untuk menangani atau keluar dari lingkaran tersebut, seperti:
Untuk menghindari pengeluaran yang membengkak, kamu harus bisa mengelola penghasilan dengan bijak. Salah satunya dengan menerapkan rumus 40-30-20-10 ataupun 50-3-20 untuk membentuk pos-pos keuangan.
Mana yang lebih baik dari kedua rumus tersebut? Semuanya bagus, tinggal di sesuaikan saja dengan kondisimu. Agar lebih jelas dan paham, kamu harus mempelajari tentang penyusunan rencana keuangan pribadi yang baik dan benar.
Jika dirasa kondisi keuangan sangat pas-pasan, tidak ada salahnya untuk menambah sumber penghasilan. Misalnya, membuka bisnis atau mencari side job yang tidak terlalu mengganggu profesimu. Agar terasa lebih ringan dan kamu enjoy menjalaninya, maka pilihlah bisnis sampingan sesuai hobi atau passion. Contoh, bagi yang suka masak, kamu bisa buku PO untuk dessert atau camilan kering.
Investasi tidak hanya menjadi alternatif untuk mengamankan aset, tetapi juga bisa menambah penghasilan serta menjamin masa depan. Lantas, lebih penting mana antara lifestyle dan investasi?
Lifestyle atau gaya hidup memang akan membuatmu tampak keren saat ini, tetapi investasi mampu menciptakan masa depan yang lebih baik. Selaku Chief of Digital Transformation, Yusuf Sutarko pernah berpesan untuk tidak meningkatkan taraf hidup (lifestyle), selagi dirasa belum mampu. Mau tau bagaimana cara menyeimbangkan keuangan bagi generasi muda? Tak perlu risau, karena cara-cara tersebut sudah terangkum di dalam topik Milenial Lifestyle atau Investasi.
Uang memang perkara yang sangat sensitif, sehingga tidak sedikit orang enggan memberikannya kepada keluarga. Namun, langkah ini sebenarnya sangat penting untuk diambil. Alih-alih terbelit utang demi menanggung orang tua atau saudara, alangkah lebih baik jika kamu bersikap terbuka.
Bukan berarti tidak mau membantu, tetapi bagaimanapun kamu punya keluarga kecil dan keterbatasan. Dengan begitu, seandainya nanti tidak bisa memberikan terlalu banyak, mereka bisa memaklumi mu. Selain itu, ajak saudara lain untuk sama-sama merawat dan menanggung orang tua, agar terasa lebih ringan.
Pentingnya asuransi sebagai bagian dari financial plan memang harus disadari siapa saja. Dalam financial plan, asuransi memiliki peranan yang cukup besar. Sebab, produknya bisa menghindarkan dari pengeluaran besar di saat-saat yang tak terduga. Misalnya, jenis asuransi jiwa.
Secara kasat mata, asuransi jiwa tidak terlalu penting, karena manfaatnya memang tidak bisa langsung dinikmati. Namun, saat pemegang polis meninggal dunia, maka keluarga tetap bisa menjalani kehidupan.
Hal ini dikarenakan asuransi jiwa akan memberikan uang pertanggungan atas sesuatu yang terjadi kepada si pemegang polis. Tidak harus asuransi jiwa, kamu bisa memilih produk lain yang sekiranya benar-benar dibutuhkan.
Jika saat ini kamu mengetahui sulitnya menjadi generasi sandwich, maka cukupkan sampai di sini. Mulai saat ini, sisihkan sebagian pendapatannya untuk menyiapkan dana pensiun. Dengan begitu, di masa depan kamu bisa hidup tenang dan damai bersama pasangan tanpa harus membebani anak-anak. Meski sulit, hal ini merupakan impian banyak orang.
Menjalani hidup sebagai seorang sandwich generation memang terasa lebih berat. Namun, dengan menerapkan strategi yang tepat, kamu bisa menyelaraskan antara orang tua dan kebutuhan pribadi.
Untuk tips dan trik seputar sandwich generation atau topik lain seputar keuangan, kamu bisa langsung berkonsultasi dengan ahlinya dengan cara Klik Ahli dengan Bapak Yusuf Sutarko. Dengan berkonsultasi bersama beliau, kamu diharapkan bisa mendapatkan ilmu dan tips bagaimana cara pengaturan keuangan yang efektif dan efisien. Jadi, yuk segera berkonsultasi di ahli Klikasuransiku sekarang juga!
Seperti halnya dunia kuliner, fashion, dan kesehatan, pergantian tahun ini akan diwarnai pula dengan perubahan tren di dunia keuangan. Sejumlah tren keuangan di tahun 2018 akan masih dijalankan di tahun 2019. Bahkan secara intensitas dan pelaku akan semakin bertambah sehingga tren keuangan tersebut semakin populer di masyarakat.
SelengkapnyaJelang akhir tahun, mulai bertebaran acara-acara seru. Mulai dari festival musik, festival film, sampai festival konten digital. Apapun festival dan konser yang akan didatangi, ada beberapa tips simpel biar terasa maksimal saat menikmati acaranya.
SelengkapnyaSejak dahulu, ayah punya peran penting dalam pola asuh anak. Tak hanya pandai menafkahi keluarga, namun sosok seorang ayah dianggap wajib memiliki beberapa keterampilan yang mampu membuatnya jadi panutan sang buah hati.
SelengkapnyaPromo Terbaik!!!
Artikel Terbaru
Siapkan Dana Pendidikan Anak, Begini Cara Mudah Mewujudkannya