DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini telah mengancam kehidupan manusia di seluruh dunia. Di tahun 2011, tercatat sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia menderita demam berdarah dan 20.000 di antaranya mengalami kematian.
Indonesia merupakan negara dengan penderita DBD terbanyak kedua setelah Brazil. Sedangkan di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita penyakit demam berdarah tertinggi.
Hal tersebut menjadi perhatian serius organisasi perhimpunan bangsa-bangsa se-Asia Tenggara, ASEAN. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-19 di Hanoi, Vietnam tahun 2010 lalu, tanggal 15 Juni ditetapkan sebagai ?ASEAN Dengue Day? atau Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN. Peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyakit demam berdarah dengue secara berkelanjutan.
Setiap tahunnya, kejadian penyakit demam berdarah di Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar bulan Januari, dan cenderung turun pada bulan Februari hingga akhir tahun. Meskipun demikian, kewaspadaan terhadap demam berdarah tetap perlu ditingkatkan. Sebab berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus DBD hingga awal Februari 2019 mencapai 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. Jumlah ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 13.683 kasus dengan 133 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak DBD di Indonesia ada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, dan Kupang.
Gejala Penyakit Demam Berdarah
Agar dapat lebih waspada terhadap demam berdarah, perlu diketahui fakta terkait penyakit demam berdarah.
Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa saat ini sekitar 900 ribu jiwa dari total 23 juta balita di seluruh Indonesia menderita kekurangan gizi. Dampak kekurangan gizi buruk tersebut tak hanya berimbas terhadap bentuk tubuh yang pendek maupun kurus, namun juga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan sehingga ikut menurunkan kualitas sumber daya manusia.
SelengkapnyaMenjaga kesehatan anak di era digital mengalami banyak tantangan. Maraknya perkembangan teknologi dan gawai canggih membuat orang tua mesti putar akal agar anak-anak mereka tetap aktif dan sehat. Pasalnya, saat ini anak kian betah berlama-lama bermain dengan gawai. Akibatnya, anak akan menjadi tidak aktif dan mengalami perkembangan motorik yang lambat.
SelengkapnyaTanggal 10 Oktober lalu bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Seluruh dunia mulai membahas pentingnya kesehatan mental seperti depresi, stres, gelisah dan perubahan suasana hati. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan depresi.
SelengkapnyaPromo Terbaik!!!
Artikel Terbaru
Siapkan Dana Pendidikan Anak, Begini Cara Mudah Mewujudkannya