Tak sedikit yang menganggap bahwa kesehatan itu mahal. Saat sakit mendera, dana yang harus dikeluarkan untuk membayar tagihan dokter dan obat sebagai upaya untuk kembali sehat cukup menguras kocek.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) semakin menegaskan anggapan tersebut. WHO mencatat bahwa lebih dari 800 juta orang atau hampir 12% dari populasi dunia menghabiskan setidaknya 10% anggaran rumah tangga untuk memperoleh pelayanan kesehatan. WHO juga mengklaim bahwa kurang lebih 100 juta orang di dunia terancam jatuh miskin karena tingginya biaya pelayanan kesehatan yang harus mereka bayarkan.
Peringatan Hari Kesehatan Dunia yang diadakan setiap 7 April dapat menjadi momen untuk merenungi kembali pentingnya memiliki asuransi. Jika masyarakat mulai menyadari pentingnya memiliki asuransi, maka tercapainya masyarakat sejahtera bukan sekadar cita-cita.
Kenapa memiliki asuransi penting? Pepatah lama "sedia payung sebelum hujan" ada benarnya. Tak ada yang pasti dalam hidup ini sehingga setiap kejadian tak bisa 100% diprediksi. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki asuransi kesehatan, saat ia jatuh sakit dan membutuhkan biaya obat-obatan, maka ia akan lebih tenang karena biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih ringan.
Masalahnya, masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia masih kurang tertarik memiliki asuransi. Alih-alih melihat keuntungan dari asuransi, mereka melihat asuransi sebagai beban karena ada premi yang harus dibayarkan setiap bulan. Padahal membayar premi sejatinya adalah kegiatan menabung, bahkan besaran premi bisa dipilih sesuai dengan kemampuan.
Setidaknya ada dua hal yang membuat asuransi menjadi penting untuk dimiliki oleh semua orang.
Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa saat ini sekitar 900 ribu jiwa dari total 23 juta balita di seluruh Indonesia menderita kekurangan gizi. Dampak kekurangan gizi buruk tersebut tak hanya berimbas terhadap bentuk tubuh yang pendek maupun kurus, namun juga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan sehingga ikut menurunkan kualitas sumber daya manusia.
SelengkapnyaMenjaga kesehatan anak di era digital mengalami banyak tantangan. Maraknya perkembangan teknologi dan gawai canggih membuat orang tua mesti putar akal agar anak-anak mereka tetap aktif dan sehat. Pasalnya, saat ini anak kian betah berlama-lama bermain dengan gawai. Akibatnya, anak akan menjadi tidak aktif dan mengalami perkembangan motorik yang lambat.
SelengkapnyaTanggal 10 Oktober lalu bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Seluruh dunia mulai membahas pentingnya kesehatan mental seperti depresi, stres, gelisah dan perubahan suasana hati. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan depresi.
SelengkapnyaPromo Terbaik!!!
Artikel Terbaru
Siapkan Dana Pendidikan Anak, Begini Cara Mudah Mewujudkannya